KAB. CIANJUR, JEJAK HUKUM.NET – Bencana gempa bumi dengan kedalaman 10 KM di Baratdaya Cianjur yang menggoncang sebagian wilayah Kabupaten Cianjur Jawa Barat pada tanggal 21 November 2022 lalu, menyisahkan kepiluan mendalam bagi para korbannya. Gempa yang berkekuatan 5,6 magnitudo (M) itu telah menelan 300-an lebih korban jiwa, merusak ribuan bangunan rumah warga, maupun sarana pendidikan dan sarana ibadah serta infrastruktur lainnya.
Tidak hanya tangisan pilu dan duka dan derita yang menyayat hati, akan tetapi mentalitas dan psikologis para korban gempa Cianjur akan terus membekas sehingga menimbulkan trauma panjang masyarakat Kabupaten Cianjur, dan sekitarnya.
Atas musibah tersebut, eks Deputi Basarnas RI, Mayjen TNI (Purn) Tatang Zaenudin yang juga ketua dewan pembina Forum Wartawan Jakarta (FWJ) Indonesia menjelaskan dampak dari peristiwa bencana yang terjadi tersebut.
Mayjen TNI (Purn) Tatang Zaenudin menyebutkan, bahwa dampak bencana yang membekas akan terekam sepanjang masa. “Secara alami pastinya trauma yang kepanjangan, karena mental dan psikologis para korban gempa enggan kembali kerumahnya.” Kata Tatang Zaenudin saat dikonfirmasi wartawan via sambungan telepon selulernya pada, Kamis (1/12/2022).
Ada cara – cara dan upaya yang diambil pemerintah, maupun para relawan selain mengirimkan kebutuhan pokok ke titik – titik lokasi pengungsian gempa. Kata dia, trauma healing menjadi hal prioritas dalam pemulihan paska gempa.
“Saya sependapat apa yang diperbuat para relawan dari berbagai unsur, termasuk relawan Forum Wartawan Jakarta (FWJ) Indonesia. Pendistribusian tahap ke 2 yang dilakukan FWJ Indonesia sejak Senin kemaren hingga saat ini terfokus pada trauma healing di tujuh (7) titik lokasi pengungsi gempa yang kebanyakan terdapat bayi, balita, anak – anak dan kaum hawa.” Ungkapnya.
Mantan Jenderal bintang 2 TNI Angkatan Darat ini juga mengatakan, selain prioritas kebutuhan popok bayi, bubur bayi, bedongan bayi, makanan berprotein dan susu untuk balita sampai anak – anak, selimut bahkan tenda serta makanan ringan lainnya, kebutuhan berbagai jenis mainan sambil mengajak bermain anak-anak di lokasi pengungsian sangat lah membantu secara psikologi.
“Ajak mereka bermain dan bersenda gurau serta saling curhat, karena itu sangat membantu upaya trauma healing.” Ujarnya.
Setidaknya dalam kejadian ini, lanjut Tatang, anak – anak ditenda pengungsi akan menyibukan dirinya dengan berbagai jenis mainan. “Kalau anak – anak sudah senang dan sibuk dengan mainnya, maka mereka lambat laun akan kembali terbangun mental yang kuat dan berangsur-angsur lupa atas kejadian gempa,” Papar Tatang Zaenudin.
Trauma healing tersebut, terang Tatang harus dilakukan para relawan dengan intens dan terus menerus sampai para korban gempa menemukan kepercayaan diri kembali.
Terpisah, Pendiri GAPTA Law Firm, Richard William yang juga salah satu pengacara FWJ Indonesia melalui pesan di aplikasi WhatsApp-nya, Kamis 1 Desember 2022 mendukung upaya dan langkah – langkah relawan FWJ Indonesia dalam pendistribusian kebutuhan tahap 2 serta melakukan metode trauma healing di berbagai titik pengungsi gempa Cianjur.
“Saya kira apa yang dilakukan para relawan FWJ Indonesia di titik – titik pengungsi korban gempa Cianjur sudah tepat, sejak awal saya selalu mendukung aksi kemanusiaan yang dilakukan para relawan FWJ Indonesia ini secara intens.” Imbuhnya.
Richard juga berharap, kedepannya dengan trauma healing mentalitas dan psikologis anak – anak korban gempa dapat segera pulih, dan bagi para pejabat Pemerintah, Legislatif maupun Partai jangan jadikan musibah bencana Cianjur sebagai ajang kampanye, apalagi pengungsi ada yang mengkritisi terkait musibah bencana gempa Cianjur bukan ‘wisata gempa’ ?.(*/dok-ist./hms-fwj.i/FAZZA)