DPP GPRI Soroti KaDinKes Karawang yang Enggan ditanya Seputar DBHCHT, Simak Ceritanya

KARAWANG, JEJAKHUKUM.NET – Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) Pemkab Karawang periode tahun 2022 disoal. Menyangkut banyak hal yang harus dijelaskan tentang implementasi anggaran tersebut.

Hal ini ditegaskan Arjun, sapaan akrab Ketua Umum GPRI ketika dimintai keterangannya pada, Senin (26/12/2022)

Menurutnya, DBHCHT senilai Rp 105.3 miliar itu bukan uang yang sedikit. Ketransparansian didalam mengelola uang negara itu sudah menjadi kewajibannya, agar jangan menimbulkan fitnah dibelakang hari.

“Didalam mengelola uang negara sekecil apapun dengan tanpa alasan semestinya mengedepankan hukum transparansi, agar tidak adanya pitnah dibelakang hari. UUD no.14 Tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi Publik di sahkan negara, agar masyarakat yang ingin mengetahui kemana Anggaran negara dialokasikan dan terimplementasi tidak berasumsi negatif “, kata Dia.

Kejelasan informasi terkait anggaran DBHCHT yang sudah di gelontorkan pemerintah ke Dinas terkait, menimbulkan kecurigaan. Pasalnya, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Karawang beberapa kali di temui di kantornya untuk dimintai keterangan tidak pernah ada, bahkan terkesan sengaja menghindar.

DPP GPRI, dalam hal ini menyoroti tentang keberadaan Kepala Dinas Kesehatan kabupaten Karawang saat ini.

“Sudah kami hubungi via WhatsApp pribadinya bahkan beberapa kali mendatangi Kantor dimana beliau berdinas, hasilnya selalu nihil”, tegas Arjun.

“Kami hanya ingin mendapatkan informasi terkait Implementasi Anggaran Bagi Hasil Cukai Tembakau dari pusat ke Daerah yang mana DPPKAD sudah menggelontorkan ke Dinas Kesehatan, kata Rini, beberapa hari lalu diruang kerjanya. Yang jadi penasaran, sistem pengelolaan DBHCHT tahun 2022 saja seperti ini, bagaimana tahun-tahun sebelumnya?,” ungkap Arjun.

“Kami tidak akan tinggal diam sebelum mendapatkan kejelasan informasi dan data yang sebenarnya terkait penggunaan dana bagi hasil Cukai Tembakau (DBHCHT), kecurigaan-kecurigaan kami sangat tinggi, apalagi informasi yang kami dapatkan dari masing-masing bidang berbeda. Kenapa bisa begitu,” tutupnya.(*/dok-ist./SZ/Tim-Red)