MESUJI, JEJAKHUKUM.NET – Pencegahan stunting menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas penduduk. Sehingga pada tahun 2045 mendatang, Indonesia memiliki generasi yang berkualitas. Untuk itu, semua pihak memiliki peran penting dalam pelaksanaan program percepatan penurunan stunting.
Demikian disampaikan Wakil Ketua KNPI Lampung Bidang Anak Jalanan dan Terlantar Farah Nuriza Amelia saat menjadi narasumber dalam acara Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) Bangga Kencana bersama mitra kerja yang digelar oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di Desa Margo Mulyo, Kec. Mesuji Timur, Kabupaten Mesuji, Selasa (29/8).
Turut hadir dalam acara Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Lampung Nurizky, Anggota DPRD Provinsi Lampung yang juga narasumber Budhi Condrowati, serta tokoh masyarakat setempat.
Dalam kesempatan itu, Mbak Farah – sapaan akrabnya – mengatakan mencegah stunting sebenarnya tidak sulit. Pencegahan stunting dapat dilakukan dengan cara tidak hamil terlalu tua, tidak hamil terlalu muda, tidak hamil terlalu dekat, dan tidak hamil terlalu banyak.
“Jadi sebenarnya mencegah stunting itu nggak sulit. Jangan terlalu tua kalau hamil, karena berisiko stunting. Kalau terlalu muda ya tidak boleh, karena organ reproduksi masih belum siap, bisa berisiko stunting juga,” katanya.
“Anaknya dua, tapi jaraknya terlalu dekat, ya jangan, dikasih jarak. Kemudian jangan terlalu sering hamil juga. Kalau nanti stunting, anaknya lahir pendek dan beratnya kurang,” sambungnya.
Ia juga menyoroti peran suami yang mendampingi saat istrinya sedang hamil. Menurut dia, suami harus menjadi suport sistem, sehingga istri bahagia dan janin yang di kandungnya sehat.
“Suaminya jangan ngribeti, bikin istri stres, bisa mengganggu perkembangan janin. Jangan merokok, miras, itu dilarang keras. Kalau istrinya muntah-muntah tidak bisa makan, langsung dibawa ke puskesmas. Jangan sampai kekurangan gizi, karena ibu hamil itu harus banyak makan makanan bergizi,” jelasnya.
Sementara itu, Budhi Condrowati menekankan pentingnya pencegahan stunting dengan cara memperhatikan asupan gizi anggota keluarga. Selain itu ia mengingatkan masyarakat agar setiap bayi yang baru lahir diberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif dan rutin membawa balita ke posyandu.
“Di posyandu balita akan dicek tumbuh-kembang dan diberikan vitamin. Jadi terpantau pertumbuhan dan perkembangannya. Kalau ada yang terindikasi anak tersebut stunting cepat dilakukan intervensi,” ujarnya.
Srikandi PDI Perjuangan ini juga terus mengupayakan program percepatan penurunan stunting yang dapat langsung menyentuh masyarakat. Selain itu ia juga menyampaikan pentingnya pemanfaatan pangan lokal sebagai asupan gizi dalam pencegahan stunting yang potensinya sangat melimpah di Kabupaten Mesuji.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Lampung yg diwakili Ketua tim kerja Kampung Keluarga Berkualitas Perwk. BKKBN Prov.Lampung
(Ibu Dra. Sri Rejeki WH, MH)mengungkapkan BKKBN memiliki banyak program yang menyasar balita, remaja, hingga lansia. Saat ini, BKKBN tidak lagi berjuang mengendalikan jumlah penduduk, namun lebih pada meningkatan kualitas penduduk.
“Kegiatan ini bertujuan memperkuat komitmen dan sinergitas dengan mitra strategis. Mitra atau stakeholder ini akan mendukung percepatan penurunan stunting secara efektif, konvergen dan terintegrasi sebagai langkah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya dan penyebab dari stunting,” jelasnya.
Salah satu yang ditempuh oleh BKKBN dalam Program Percepatan Penurunan Stunting adalah dengan melakukan sosialisasi dan advokasi serta KIE dalam pencegahan stunting kepada masyarakat. Pendampingan keluarga stunting serta pemberian bantuan makanan bergizi dan penuh protein, seperti telur, ikan dan sayuran.
Disinilah kemudian peran BKKBN melalui Program Bangga Kencana untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia melalui perencanaan di tiap tahap atau siklus kehidupan dengan baik. Antara lain Pendewasaan Usia Perkawinan dan Penyiapan Kehidupan Bagi Remaja melalui Program GenRe (Generasi Berencana),” tandasnya. (*Red).