JAKARTA | Jejakhukum.net – Dalam rangka memperingati hari Sejit Vihara Amurva Bhumi Karet yang ke-103, mendapat ucapan dari berbagai instansi dan juga dari para pejabat pemerintah, anggota DPR/MPR, dari calon presiden Ganjar Pranowo serta para pemuka agama. Bertempat di Vihara Amurva Bhumi Karet di Jalan Prof DR. Satrio nomor 2, Karet Semanggi, Setia Budi Jakarta Selatan, acara juga di barengi dengan hiburan Gambang Kromong dan Cia Peng An atau disebut dengan makan berkah. Acara dimulai sejak pukul 10.00 WIB dan di mulai dengan Pembukaan Puja Bhakti, Fang Sheng dan makan siang bersama pada, Minggu (23/07/2023).
Turut hadir dalam acara tersebut, Nyoman Suryadarma selaku Direktur Pendidikan Agama Buddha Kementerian Agama RI, Bimas Buddha DKI Jakarta Suliarna, Prof. Bambang Saputra selaku Ketua Lembaga Tinta Prestasi dan juga Konsultan hukum, Zulfikar selaku Koordinator Rumah Toleransi Indonesia (RTO), Lie Kok Tie sebagai umat dan putra daerah asli di area Amurva Bhumi.
Nyoman Suryadarma dalam kesempatan tersebut mengatakan, bahwa dalam rangka memperingati hari Sejit Vihara Amurva Bhumi Karet ini adalah lazim untuk di lakukan seperti halnya juga sering melakukan ulang tahun kelahiran.
“Selain juga apalagi ini yang namanya rumah ibadah yang punya history panjang di kehidupan masyarakat Buddha DKI Jakarta, bukan hanya DKI Jakarta sampai seluruh Indonesia. Jadi storynya sangat panjang,” tutur Nyoman Suryadarma.
“Saya fikir hal yang sangat bagus dan wajar juga momen yang sangat penting. Memang setiap tahun harus di peringati, apalagi sekarang kan sudah memasuki tahun yang ke-103, itu bukan lagi perjalanan pendek. Vihara atau tempat ibadah Agama Buddha yang memang sebagai tempat mendekatkan diri kepada Tuhan untuk menguatkan keyakinan,” tegas Nyoman Suryadarma.
“Saya rasa semua instansi, semua masyarakat mendukung, apalagi Vihara ini yang resmi sebagai tempat ibadah, tempat mendekatkan diri, menimpa diri, menguatkan keyakinan memperdalam agama, memperbesar cinta kasih, jadi masyarakat yang keluaran dari sini itu adalah produknya orang-orang yang baik, yang bisa menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab, seperti sosialnya tinggi untuk Umat Buddha,” ungkapnya.
“Menurut saya, secara fungsi rumah ibadah itu statusnya berada dalam lindungan atau binaan Mentri agama, yang seharusnya bisa mengayomi semua rumah ibadah. Jadi terkait dengan adanya kasus yang baru saja muncul, kami sangat menyayangkan, sedangkan perjalanan Vihara ini sudah ratusan tahun, ya kami meminta permasalahan ini harus segera di selesaikan, jangan sampai ada persoalan-persoalan yang menghambat kehidupan Umat Buddha di tempat ini,” papar Nyoman Suryadarma.
Nyoman juga menuturkan, andai jalan ini sampai di tutup dan menghambat orang yang mau beribadah, itu juga akan menjadi persoalan tersendiri seperti Umat Buddha juga agama lainnya. Kalau kita menyadari bahwa kehidupan hubungan antar agama di Indonesia akan sangat baik dan kondusif, dan bukan hanya itu saja, sejak sekarang bahkan sejak nenek moyang kita dulu mengajarkan bahwa, kita hidup berdampingan di tanah air ini terbukti. Hubungan antar agama, antar personal, antar komunitas agama selalu baik,” ujar Nyoman Suryadarma di depan para awak media.
Pada kesempatan terpisah, Kevin Wu sebagai Ketua Umum Dharmapala Nusantara selaku Lembaga Advokasi yang menaruh perhatian besar dalam kasus sengketa lahan Vihara ini dengan pihak swasta juga mengungkapkan, “Momen HUT Vihara Amurwa Bhumi ke-103 ini dapat menjadi momentum bagi semua Umat dan pengurus Yayasan untuk merawat dan melestarikan warisan yang telah susah payah diperjuangkan oleh para leluhur yang telah mendirikan Vihara ini,” tutupnya.(*/dok-ist./jakut/ANTONi)